Tolong Hentikan Ustadz, Aku Tak Tahan Lagi !!

Hentikan Ustadz, Saya Tidak Tahan Lagi ! 

Thn 2010, aku jalankan survey bersama tanya pada beberap wanita bekerja. Pertanyaan aku amat sederhana, “Bu, macam mana perasaan ibu bersama keadaan ibu bekerja waktu ini, lebih merasa pass bersama suami saja bekerja atau merasa lebih pass bersama ibu ikut bekerja ? 

Tolong Hentikan Ustadz, Aku Tak Tahan Lagi !!

•90% wanita bekerja menjawab, “Saya merasa pass dgn cuma suami saja yg bekerja ketimbang sekarang ini aku ikut bekerja.” 

•Para istri yg aku survei itu mengaku justru dgn beliau bekerja, utang keluarga justru bertambah, padahal niat awalnya biar utang suami tak bertambah parah. Lalu seluruhnya yg diharapkan senantiasa mampu tercukupi namun bersama ikut bekerja jadi senantiasa kurang, tiada yg lumayan. 

•Setelah para istri ini curhat mengenai keadaannya, dulu aku tanya terhadap, “Ibu tahu tak penyebab kenapa lalu disaat suami ibu yg bekerja semuanya terpenuhi & waktu ini ibu bekerja justru senantiasa kurang ?” 

•Ibu-ibu itu menggeleng. Mereka cuma heran semestinya bersama ikut bekerja keperluan hunian tangga jadi lebih dari lumayan. 

•Saya sampaikan begini pada ibu-ibu itu : 

Keberkahan rezki ibu sudah hilang, ibu-ibu tahu kenapa hilang ? Begini, dahulu dikala suami ibu saja yg bekerja ibu tetap pernah mengurus anak-anak bertolak sekolah. Ibu masihlah pernah membangunkan suami buat shalat tengah malam. Ibu masihlah pernah membuatkan sarapan untuknya. & diwaktu suami ibu pulang kerja, ibu telah elegan berdandan rapi utk menghilangkan kelelahan suami ibu sore itu. Ibu masak yg terenak utk suami & tetap pernah membacakan dongeng buat anak-anak diwaktu bakal tidur & masihlah “fresh” kala suami ibu menggandeng bercinta. 

•Tapi diwaktu ibu bekerja sekarang ini, ibu lebih awal kan bertolak dari suami? Dikarenakan ibu masuk jam 7 pagi dikarenakan khawatir terlambat & jauh ibu bertolak jam 5.30 padahal bisa jadi suami baru saja mandi. Anak-anak belum terurus pakaian sekolahnya, bahkan mungkin di antara mereka nggak ada yg sarapan lantaran Ibu lupa sediakan. Iya kan bu ?’ Kata aku terhadap mereka. 

•Di antara ibu-ibu yg bekerja ini sejak mulai menangis. Aku meminta izin utk menyambung taujih di sore itu. 

•“Dan diwaktu suami ibu pulang, ibu belum pulangkan lantaran ibu diminta lewat waktu oleh boss ibu di pabrik. Waktu suami telah ada di hunian jam 5 sore, ibu tetap berkutat dgn tugas hingga jam 8 tengah malam. Suami ibu bingung ke mana beliau mengadukan ceritanya hri itu beliau mencari nafkah. Anak-anak ibu belum mandi bahkan mampu saja di antara mereka ada yg tak shalat Maghrib, dikarenakan tiada yg mengingatkannya. Setelah Itu ingin makan hasilnya makan seadanya, cuma masak mie & telur lantaran cuma itu yg mereka sanggup masak. 

•Suami ibu cuma makan itu bahkan nyaris tiap tengah malam, sedangkan ibu baru pulang jam 9 hingga di hunian di kala anak-anak ibu telah lelah dikarenakan tidak sedikit main-main, bahkan di antara mereka masihlah ada yg bau sebab nggak mandi. Suami ibu terkapar tertidur dikarenakan kelelahan, dikarenakan suami ibu menunggu kehadiran ibu. Keadaan ibu serta lelah, teramat lelah bahkan, ibu bahkan berbulan-bulan tak dapat berhubungan intim dgn suami dikarenakan kelelahan….” 

•Ibu bekerja buat menambah keuangan keluarga tetapi ibu kehilangan tidak sedikit factor. Hal-hal yg pokok jadi tak selesai. Hal-hal yg ibu kerjakan di pabrik pun tak maksimal lantaran hati ibu sedih tak punyai peluang mengurus suami & anak-anak. Baju suami & anak-anak kumal, kuku anak-anak panjang, rambut anak-anak gondrong & tidak terurus. 

•Ibu-ibu itu makin kencang menangisnya, di antara mereka mengemukakan “Hentikan ustadz, saya tidak tahan lagi, hentikan”, sang ibu itu memeluk kawan yg di sebelahnya & menangis. 

•Sore itu aku berupaya mengemukakan kewajiban aku yang merupakan dai. Katakan yg benar itu biarpun mesti menciptakan hati sedih. Di penutup aku mengatakan, “Tidak ada larangan utk ibu bekerja bersama satu syarat, pekerjaan pokok ibu tak ada masalah, tiada hak-hak suami & anak-anak yg menyusut yg akan menyebabkan ketidak berkahan duit yg ibu temukan dari bekerja. Pastikan itu seluruh tak ada masalah & bekerjalah sesudah itu” 

•Adzan Maghrib sore itu menghentikan ceramah aku di sela tangis ibu-ibu yg mau serentak pulang buat berjumpa bersama suami & anak-anak mereka.

0 Response to "Tolong Hentikan Ustadz, Aku Tak Tahan Lagi !!"

Posting Komentar